Saya terinspirasi dengan tulisan Subandono di Blognya mengenai The Power of Giving. Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin menulis pengalaman saya mengenai The Power Of Giving. Atau memberi. Dibalik kekuatan dalam memberi.
Teman sekerjaku Wei, selalu memberikan Angpau setiap tahun, pada saat hari Raya Imlek tiba. Dan anak-anakku selalu ingat bahwa apabila hari raya Imlek tiba, mereka akan mendapat amplop kecil berwarna merah dengan gambar-gambar yang lucu-lucu. Bukan hanya Wei, teman kerjaku yang memberikan Angpau, tetapi mama Wei, tante Soe Ing, tidak pernah lupa menitipkan Angpau untuk anak-anakku setiap tahun. Dan yang lebih dasyat isinya meningkat dari tahun ke tahun. Kadang-kadang malu juga. Aku ngak pernah ngasih apa-apa dalam bentuk uang buat temanku ini, tetapi setiap tahun dia selalu memberi untuk anak-anakku. Dan anak-anak juga sangat excited menunggu amplop angpau dari aunty Wei Wei. Dan Wei, selalu membuat bungkusan-bungkusan kecil yang akan dia bagikan kepada pengemis di pinggir jalan setiap kali dia ada rejeki. Teman yang satu ini sangat ringan tangan sekali dalam memberi. Alhasil, suaminya secara financial meningkat dalam tahun ke tahun. Soalnya dari mulai sebelum married, dari mulai baru berumah tangga kami sering sharing mengenai financial. Hasilnya luar biasa. Rejeki datang aja tuh, sautu kali Wei katakan. "Kalau memberi banyak rejeki"
Kaum Muslim, menyisihkan penghasilannya 2.5% untuk amal sesuai dikatakan Subandono dalam blognya.
Kaum Nasrani di dalam Kitabnya diajarkan untuk memberi 10% dari penghasilannya untuk perpuluhan seperti kata suatu buku Maleaki "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan dan persembahan kedalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahku, dan ujilah akan Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan" Tetapi sebelumnya suatu kutipan menyatakan "Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus"
Penulis mempraktekkan akan hebatnya giving atau memberi. Berdasarkan ayat tersebut, penulis mempraktekkan akan hebatnya the power of giving. Kekuatan dalam memberi. Keluarga kami, menyisihkan 10% penghasilan untuk perpuluhan dan 10% untuk persembahan terpadu dan 5% untuk persembahan lepas. 5% ini, bagikan kepada 3 orang anak kami untuk memberi persembahan dan juga aku dan suamiku. Kami sisihkan 5% persembahan lepas untuk setiap perbaktian, untuk melatih anak-anak sejak kecil untuk menjadi suka memberi.
Hasilnya! Bertahun-tahun, kami hidup hanya dengan 75% total pendapatan kami. Masih ada pengeluaran lain yang tidak regular seperti, kalau ada yang harus dibantu atau saudara-saudara yang datang dari kampung dan lain-lain.
Walau kami hidup hanya dengan 75% dari pendapatan, kami tetap tercukupi. Tidak berkekurangan dan juga pernah kehabisan, tetapi cukup. Kebutuhan sandang pangan tercukupi. Bahkan hampir setiap tahun kami pergi berlibur atau holiday. Walaupun holiday kami hanya sekitar Indonesia atau sekitar Asia dengan "traveling budget holiday". Kami sekeluarga tetap merasa gembira, tetap bisa berlibur dengan paket hemat bersama anak-anak. Away dari rutinitas setiap hari.
The power of giving yang menginspirasiku, lainnya adalah, David, adik bungsu penulis mendatangkan 18 orang saudara-saudara sekandung ibu dan bapak penulis untuk mengahadiri upacara pernikahannya. Semua mereka naik pesawat pulang pergi walau hanya naik Air Asia. Semua saudara-saudara yang datang senang sekali. Menghadiri pesta pernikahan terakhir dari anak-anak orang kami. Sebelum mereka semua pulang, semua kami enam bersaudara memberikan amplop untuk uang "jajan atau aqua", untuk setiap anggota keluarga yang datang dari Sumatra. Kekuatan the power of giving memberikan kebahagiaan bagi yang menerima dan memberi. Upacara Pernikahan layaknya Reuni bagi orang tua kami.
"The power of giving", lain yang menginspirasi penulis adalah sewaktu, adikku, Evelyne, mengisi setiap amplop yang lumayan jumlahnya, yang akan diberikan kepada para tamu-tamu atau saudara-saudara kami yang nota bene adalah saudara sekandung bapak dan ibu kami yang datang menghadiri upacara pernikahan adikku. Sesuai kesepakatan kami berenam kakak beradik kita akan memberikan kepada masing-masing mereka sesuai dengan kemapuan kita untuk "uang jajan aatau beli aqua". Pada saat dia memasukkan aku melihat, matanya dan wajahnya tanpa beban. Dan sangat gembira sekali! Padahal, saat itu dia hanya berkerja "part time". Dalam hatiku "dia saja yang bekerja partime, bisa memberi dengan senang, apalagi aku".... Dengan gembira besoknya aku mengisi tiap amplop pemberian bagi keluarga kami, dengan jumlah yang menurutku "dia saja memberi tanpa beban dan lumayan besar, apalagi aku yang bekerja permanen". Sudah pasti Aku dapat memberi. Akhirnya aku menambahkan dari jumlah yang aku rencanakan". My sister Eveline, benar-benar mengispirasiku, dalam memberi. Dia memberikan pelajaran berharga bagiku.
Walau aku hanya menggunakan 75% dari total pendapan bulanan kami, bukan berarti kami berhenti dalam memberi. Teman-teman tau, my sister Evelyne, dia kerja hanya "part time", tetapi dia tidak pernah kekurangan. Percaya tidak? Bahkan dia melahirkan caesar anak ketiga, Miracle khan!..Buktikan sendiri. The power of giving.
Agar mendapat berkat berkelimpahan harus belajar memberi dengan kelimpahan sesuai dengan porsi penghasilan kita. Agar jangan menjadi laut mati. Yang maunya menerima dan menerima tanpa mau memberi.
The power of giving, kekuatan dalam memberi, kita merasa puas setiap kali memberi.
Hal ini aku rasakan, setiap kali setelah memberikan 20% penghasilan setiap bulan didalam amplop, perasaanku selalu nyaman. Tanpa beban hari esok. Tidak ada kekhawatiran dalam diriku. Semua berjalan lancar-lancar aja! Karena menurutku, semua isi muka bumi ini bukan kita yang punya. Kita hanya diberi kesempatan mengelolanya. Dalam kesempatan mengelola jangan menjadi seperti pemilik. Kita bukan pemilik tetapi pengelola.
Indah sekali sekali dalam memberi. Mempunyai kepuasan dan berkat yang makin berlimpah. Mau buktikan? Coba buktikan sendiri. Sekarang!
Aku amat-amati semakin orang perhitungan dalam memberi alias pelit semakin banyak pengeluaran yang dikeluarkan. Semisal, anaknya sakit melulu, kemalingan, keluarga yang membutuhkan pertolongan, tidak bahagia unhappines atau kayaknya ngoyo banget nyari uang tapi ngak ke kumpul-kumpul.
The power of giving, indah rasanya memberi dan mengembalikan kepunyaanNya.
Nikmati, Rasakan dan Hayati Tindakan betapa Dahsyat efek dari
"The Power Of Giving "
Custom Search
0 comments:
Post a Comment