Anakku, di saat dirikuku semakin tua dan renta,
Percayakah engkau bahwa aku bukanlah lagi diriku yang dahulu lagi
Tolong maklumilah diriku,
Bersabarlah dalam menghadapiku

Disaat aku berjalan sudah tidak segagah dan sekuat dahulu lagi,
Jangan tinggalkan aku,
Tolong tuntun tanganku, atau berjalanlah perlahan disampingku

Disaat aku menumpahkan kuah sayuran dibajuku,
Dan makanan tersisa disekitar mulutku,
Jangan marahi aku, atau mentertawakanku
Tolong, bantu aku....agar aku tetap terlihat bersih seperti saat aku muda.

Disaat aku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu,
Tolong bantu aku, untuk mengikatkan sepatuku
Ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya, saat engkau masih kecil

Disaat aku sudah semakin pikun,
Dengan pikunnya aku mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu,
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku,
Bersabarlah mendengarkanku........dengan empati
Anakku, Ingat!
Dimasa kecilmu, aku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi.

Disaat aku membutuhkanmu untuk memandikanku, oleh karena tangan dan kakiku sudah gemetar dan tidak kuat menapak terlalu lama,
Janganlah menyalahkanku, nak!
Akupun bingung mengapa tubuhku yang dahulu kekar dan kuat, kini berubah.....akibat dimakan usia.

Disaat aku membutuhkanmu untuk memakaikan pakaianku,
Bantulah aku, karena tanganku sangat gemetar dan sangat sukar bagiku untuk memasukkan pakaian ke tubuhku
Ingatlah anakku, dimasa kecilmu, bagaimana aku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi dan memakaikan baju di tubuhmu

Disaat saya kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern,
Janganlah menertawaiku,
Jangan paksakan aku untuk mengerti dan melakukan seperti yang kamu tahu mengenai kecanggihan tehnologi.
Tetapi ajarilah aku, secara perlahan sampai aku mengerti.....
Apabila aku tak mengerti, biarkan aku dengan caraku.....
Karena daya ingatku sudah tidak seperti dahulu lagi...
Coba renungkanlah anakku, bagaimana aku dengan sabarnya menjawab setiap pertanyaan “mengapa” yang engkau ajukan disaat engkau masih kecil.

Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya,
Karena daya ingatku yang semakin menurun......
Akupun terkadang frustasi, mengapa daya ingatku tidak seperti dulu lagi,
Sering lupa...lupa....aku akan berusaha mengingat..ingat...
Sabarlah anakku!

Sejujurnya, anakku, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku,
Asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkanku, aku telah bahagia.
Asalkan engkau menyempatkan diri meneleponku dicelah-celah kesibukanmu aku sudah cukup senang,

Anakku, sejujurnya hanya mendengar suaramu saja puaslah rinduku!
Asalkan engkau memberikan senyum padaku saat kau datang mengunjungiku, aku sudah sangat bersyukur,
Asalkan engkau sekali-sekali menyisihkan waktu mengunjungiku aku sudah cukup berterima kasih....

Anakku waktu bergulir sangat cepat,
Engkau melihat diriku semakin menua,
Kulit tangan yang semakin berkerut,
Tulang yang semakin bengkok sehingga aku berjalan bungkuk,
Penglihatan yang sudah tak jelas,
Gigi yang semakin tanggal satu demi satu,
Anakku, itu semua tanda-tanda ketuaan...aku semakin menua
Janganlah bersedih, anakku!

Maklumilah diriku,
Dukunglah daku, bagaikan aku terhadapmu disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.
“Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupku.

Anakku, berilah aku cinta kasih dan kesabaranmu,
Aku akan menerimanya dengan senyuman dan penuh syukur.
Percayalah anakku, didalam senyumku, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.”
Hingga akhir hayatku!
Dariku orang tua yang sangat mengasihimu!