John Wesley, seorang Theology berasal dari Inggris lahir di Epworth, 28 Juni 1703 – meninggal 2 Maret 1791 pada usia 87 tahun. John adalah anak seorang pendeta dari gereja Anglikan. Ayahnya bernama Samuel Wesley dan ibunya adalah Susanna Annesley. Joh Wesley kemudian dikenal sebagai seorang pendiri gereja Methodist.
Pada zaman John Wesley hidup, di tengah-tengah masyarakat Inggris yang terbagi-bagi dalam kelas sosial, seperti kelas bangsawan, kelas menengah dan kelas bawah. Pada saat itu juga, terjadi kesenjangan sosial antara kelas bawah dan kelas mengengah ke atas. Mengapa terjadi kesenjangan sosial terjadi karena dipengaruhi oleh sistem ekonomi industri hasil dari Revolusi Industri. Wesley melihat ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Sekelompok orang yang berkuasa terus memperkaya diri mereka, sementara itu sebagian besar rakyat kelas bawah menderita kelaparan dan terjangkit penyakit.
John Wesley dibesarkan di tengah-tengah keluarga pendeta yang penghasilan asngat terbatas sehingga tergolong miskin. Saat dia beranjak dewasa, akhirnya John Wesley memutuskan mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pendeta. Tetapi dengan nasib berbeda. John Wesley, sebagai seorang tenaga pengajar sekaligus sebagai profesor teologia di Oxford, menghasilkan cukup banyak uang, sehingga cukup membalas kepahitan di masa kecilnya yang serba kekurangan. Dengan penghasilan 30 pounds setahun saat itu, ia bisa hidup berfoya-foya dengan uangnya.
Namun ia berubah ketika suatu hari ia melihat pembantunya yang miskin berpakaian tipis di musim dingin. Ia bermaksud menolongnya dengan pemberi uang, tapi ternyata tak ada uang yang tersisa di kantongnya. Padahal dinding di rumahnya berhiaskan lukisan mahal dan barang-barang mewah. Sejak saat itu ia berjanji dalam hatinya untuk membatasi penggunaan uangnya dengan bijak agar bisa menolong orang banyak.
Dari gajinya yang 30 pounds per tahun ia menyisihkan 2 pounds untuk dibagikan. Tahun berikutnya ketika gajinya naik 2 kali lipat, ia tetap menggunakan 28 ponds untuk dirinya sendiri dan membagikan sisanya 32 pounds kepada orang miskin. Tahun demi tahun ia tetap melakukan hal yang sama sekalipun gajinya telah berlipat ganda. Barulah setelah gajinya mencapai 1400 pounds, ia menaikkan taraf hidupnya menjadi 30 pounds per tahun. Sungguh luar biasa! Tak heran Allah memberikan kepadanya kepercayaan yang besar dalam hal keuangan.
Tidak heran yang menjadi sumber pemikiran Wesley paling penting dalam setiap kali dia mengadakan pembicaraan adalah mengenai "uang dan konsep ekonominya". Dalam sebuah kotbahnya yang berjudul “The Use of Money”, secara ringkas isinya dapat diringkaskan dalam tiga hal:
1. Mengumpulkan uang sebanyak yang kita bisa
Dengan maksud kita harus menjadi seorang yang produktif dalam bekerja
2.Menyimpan uang sebanyak yang kita bisa
Dengan maksud agar kita menjadi seorang yang bijaksana dalam menggunakan uang dan tidak boros
3. Memberi uang sebanyak yang kita bisa
Dengan maksud agar kita semua sadar bahwa kita semua adalah merupakan pelayan-pelayan Tuhan. Kita perlu menyadari semua adalah yang kita punyai adalah milik-Nya, karena semua yang kita punya adalah miliknya marilah kita menyadari untuk meu membagi dan memberi apa yang ada pada kita kepada orang-orang yang membutuhkan.
Mungkin kitapun sudah menjalani apa yang pernah John Wesley lakukan namun belum pernah mencoba berlaku se "ekstrim" yang pernah dilakukan John Wesley. Denagn penuh denga kepastian Bapa kita yang kaya, pemilik semua harta bend yang kita miliki, ingin anak-anak-Nya bisa belajar menggunakan uang dengan benar. Agar segala yang telah dimiliki dapat direfleksikan kembali kepada lingkungan yang memerlukan. Seperti Bapa memberi segala keperluan, Bapa ingin kita memperhatikan orang-orang dilingkungan kita.
Tidak diperlukan membuat proposal dan rencana panjang untuk menunggu sampai kita kaya raya dahulu baru mau memberi, tetapi dengan apa yang ada pada kita hari ini, kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain. Dengan membagikan dan memberi apa yang ada pada kita adalah merupakan suatu cara untuk menghindarkan kita dari bahaya ketamakan. Sebuah ayat mengatakan "Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan" Matius 25:42, memberi dan menolong orang lain sama seperti kita memberi kepada si Pemberi.
Pelajaran indah dari kehidupan John Wesley adalah bahwa kepuasaan di atas dunia ini tidak akan ada habisnya. Semakin tinggi pendapatan keuangan anda maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan dan keinginan. Itu sebabnya pastikan dalam hidup anda bahwa andalah yang mengatur keuangan anda, bukan uang yang mengatur kehidupan anda. Dengan cara kitalah yang mengatur uang, bukan uang yang mengatur kita, kiranya akan membuat kita semakin dipercaya oleh Tuhan untuk memiliki harta pemberianNya akan lebih berlimpah. Dan yang terpenting karena kita telah diberi kesempatan memiliki harta, kiranya Tuhan akan memakai tangan kita untuk menolong orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
Gunakan keuangan dengan bijak dan hindarkan diri dari kerserakahan serta ketamakan. Jangan biarkan uang mengatur kita, tapi biarlah kita yang mengatur uang.
Kiranya Tuhan memberkati!
Semoga bermanfaat!
Jakarta, 27 April 2010
John Wesley dibesarkan di tengah-tengah keluarga pendeta yang penghasilan asngat terbatas sehingga tergolong miskin. Saat dia beranjak dewasa, akhirnya John Wesley memutuskan mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pendeta. Tetapi dengan nasib berbeda. John Wesley, sebagai seorang tenaga pengajar sekaligus sebagai profesor teologia di Oxford, menghasilkan cukup banyak uang, sehingga cukup membalas kepahitan di masa kecilnya yang serba kekurangan. Dengan penghasilan 30 pounds setahun saat itu, ia bisa hidup berfoya-foya dengan uangnya.
Namun ia berubah ketika suatu hari ia melihat pembantunya yang miskin berpakaian tipis di musim dingin. Ia bermaksud menolongnya dengan pemberi uang, tapi ternyata tak ada uang yang tersisa di kantongnya. Padahal dinding di rumahnya berhiaskan lukisan mahal dan barang-barang mewah. Sejak saat itu ia berjanji dalam hatinya untuk membatasi penggunaan uangnya dengan bijak agar bisa menolong orang banyak.
Dari gajinya yang 30 pounds per tahun ia menyisihkan 2 pounds untuk dibagikan. Tahun berikutnya ketika gajinya naik 2 kali lipat, ia tetap menggunakan 28 ponds untuk dirinya sendiri dan membagikan sisanya 32 pounds kepada orang miskin. Tahun demi tahun ia tetap melakukan hal yang sama sekalipun gajinya telah berlipat ganda. Barulah setelah gajinya mencapai 1400 pounds, ia menaikkan taraf hidupnya menjadi 30 pounds per tahun. Sungguh luar biasa! Tak heran Allah memberikan kepadanya kepercayaan yang besar dalam hal keuangan.
Tidak heran yang menjadi sumber pemikiran Wesley paling penting dalam setiap kali dia mengadakan pembicaraan adalah mengenai "uang dan konsep ekonominya". Dalam sebuah kotbahnya yang berjudul “The Use of Money”, secara ringkas isinya dapat diringkaskan dalam tiga hal:
1. Mengumpulkan uang sebanyak yang kita bisa
Dengan maksud kita harus menjadi seorang yang produktif dalam bekerja
2.Menyimpan uang sebanyak yang kita bisa
Dengan maksud agar kita menjadi seorang yang bijaksana dalam menggunakan uang dan tidak boros
3. Memberi uang sebanyak yang kita bisa
Dengan maksud agar kita semua sadar bahwa kita semua adalah merupakan pelayan-pelayan Tuhan. Kita perlu menyadari semua adalah yang kita punyai adalah milik-Nya, karena semua yang kita punya adalah miliknya marilah kita menyadari untuk meu membagi dan memberi apa yang ada pada kita kepada orang-orang yang membutuhkan.
Mungkin kitapun sudah menjalani apa yang pernah John Wesley lakukan namun belum pernah mencoba berlaku se "ekstrim" yang pernah dilakukan John Wesley. Denagn penuh denga kepastian Bapa kita yang kaya, pemilik semua harta bend yang kita miliki, ingin anak-anak-Nya bisa belajar menggunakan uang dengan benar. Agar segala yang telah dimiliki dapat direfleksikan kembali kepada lingkungan yang memerlukan. Seperti Bapa memberi segala keperluan, Bapa ingin kita memperhatikan orang-orang dilingkungan kita.
Tidak diperlukan membuat proposal dan rencana panjang untuk menunggu sampai kita kaya raya dahulu baru mau memberi, tetapi dengan apa yang ada pada kita hari ini, kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain. Dengan membagikan dan memberi apa yang ada pada kita adalah merupakan suatu cara untuk menghindarkan kita dari bahaya ketamakan. Sebuah ayat mengatakan "Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan" Matius 25:42, memberi dan menolong orang lain sama seperti kita memberi kepada si Pemberi.
Pelajaran indah dari kehidupan John Wesley adalah bahwa kepuasaan di atas dunia ini tidak akan ada habisnya. Semakin tinggi pendapatan keuangan anda maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan dan keinginan. Itu sebabnya pastikan dalam hidup anda bahwa andalah yang mengatur keuangan anda, bukan uang yang mengatur kehidupan anda. Dengan cara kitalah yang mengatur uang, bukan uang yang mengatur kita, kiranya akan membuat kita semakin dipercaya oleh Tuhan untuk memiliki harta pemberianNya akan lebih berlimpah. Dan yang terpenting karena kita telah diberi kesempatan memiliki harta, kiranya Tuhan akan memakai tangan kita untuk menolong orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
Gunakan keuangan dengan bijak dan hindarkan diri dari kerserakahan serta ketamakan. Jangan biarkan uang mengatur kita, tapi biarlah kita yang mengatur uang.
Kiranya Tuhan memberkati!
Semoga bermanfaat!
Jakarta, 27 April 2010
BACA BERIKUTNYA:
0 comments:
Post a Comment